Jujutsu Kaisen: Semuanya Gara-Gara Orang Emosian!
Kalau Anda nonton Jujutsu Kaisen, maka Anda pasti tahu bahwa iblis-iblis yang berkeliaran di sana merupakan imbas dari emosi manusia. Tak tanggung-tanggung, emosi keluar dari diri manusia dan kemudian mengendap sedemikian rupa sehingga pada akhirnya menjelma menjadi iblis paling mengerikan bernama Ryomen Sukuna!
Sialnya, Sukuna bukan cuma iblis. Ia itu rajanya para iblis. Julukannya Roh Kutukan yang Terkuat. Skenarionya, saya bayangkan, manusia mengeluarkan emosi. Secara ilmu fisika, emosi merupakan sebuah energi. Human's emotions are a thing. Bayangkan begini, Anda marah-marah karena mobil Anda secara tak sengaja disenggol pengendara motor. Atau, misal, Anda uring-uringan karena motor Anda mogok di tengah jalan. Atau, Anda amuk-amukan membabi buta setelah Anda jadi bahan ghibah rekan kerja. Dan Gege Akutami, sang mangaka Jujutsu Kaisen, mengeksplorasi hal tersebut. Jujutsu Kaisen adalah hasil penggalian kreatif habis-habisan atas emosi manusia.
Asumsi yang hendak ia angkat adalah, bagaimana misalnya emosi yang keluar dari manusia itu menjadi sesuatu yang mengerikan? Apakah emosi manusia itu akan hilang begitu saja setelah keluar dari diri manusia dengan mengingat bahwa emosi merupakan suatu materi? Tidak.
Jadi, begini: Dengan fakta bahwa emosi manusia merupakan suatu energi maka setelah keluar ia tidak menghilang. Di sini kita ingat hukum kekekalan energi. Bayangkan, karena tidak bisa menghilang, emosi manusia itu lantas hanya bisa melayang-layang di ruang hampa. Emosi dari jutaan manusia yang marah-marah itu kemudian berkumpul di suatu titik tertentu dan lantas mengendap. Mengental dan makin mengental. Setiap kali Anda marah-marah, maka emosi kemarahan Anda itu akan melipatgandakan, sebutlah, volume kumpulan energi negatif manusia dari seluruh dunia. Di sinilah titik pijak plot Jujutsu Kaisen dimulai. Emosi negatif manusia yang berkumpul, mengendap, membesar, dan makin menggunung itu menjelma Ryomen Sukuna dan roh-roh kutukan lainnya. Pada akhirnya, makhluk-makhluk ini menjadi ancaman serius bagi umat manusia (kurang lebih begitu narasi Jujutsu Kaisen).
Menuju Jujutsu
Jujutsu di sini merujuk pada suatu paguyuban seni bela diri. Karate, Muay Thai, Wing Chun, Pencak Silat, Aikido, dsb. merupakan bagian dari jujutsu. Sementara itu, secara definisi, Jujutsu Kaisen di sini berarti “Pertarungan Sihir”. Jadi, kita bisa memahami Jujutsu Kaisen sebagai aliran bela diri yang mencetak para penyihir handal. Orang-orang penutur bahasa Inggris menyebut para tokoh dalam Jujutsu Kaisen itu dengan sorcerer (tukang sihir) dan ada yang menyebutnya juga dengan shaman (dukun). Secara paradigma linguistik, dukun di situ memang agak mirip dengan tradisi perdukunan di dalam budaya kita sendiri. Dari segi fenomena dan peristiwa, pedang dan kapak terbang, kebal senjata tajam, bisa terbang dan berlari di atas air hingga santet juga ada dalam Jujutsu Kaisen. Hanya saja, sihir-sihir yang ada dalam Jujutsu Kaisen diberikan banyak sentuhan elemen-elemen dan pemilihan nama ajian yang lebih moderen, seperti Domain Expansion yang beragam, Reverse Cursed Technique, hingga Black Flash. Jadi, karakter-karakter yang ada dalam Jujutsu Kaisen ini serupa orang-orang sakti mandraguna dari wilayah Cirebon, Banten, Jawa, Kalimantan, misal. Mereka bukan orang sembarang orang. Jelas, jumlahnya juga tidak banyak, bisa dihitung oleh jari. Mereka adalah orang-orang terpilih yang telah melewati kawah candradimuka; orang-orang yang telah melewati penggemblengan keras guna membentuk jasmani dan rohani yang kuat, terlatih, tangkas, dan berani.
Dalam Jujutsu Kaisen, orang-orang terpilih inilah yang disebut jujutsu, sorcerer, atau shaman. Tokoh-tokoh kuat, terlatih, cekatan, dan berani sebagai hasil dari latihan keras fisik dan batin. Dan dalam narasinya, mereka mengemban tugas untuk melindungi manusia biasa (non-sorcerer) dan membasmi roh-roh kutukan yang saat ini sedang kerepotan melawan Ryomen Sukuna. Mereka adalah Gojo Satoru dan kolega-koleganya. Kembali ke awal, jadi sebenarnya para sorcerer ini juga ada sebagai imbas dari manusia yang doyan uring-uringan di dunia nyata atau di media sosial, misal. Di titik ini menariknya. Sorcerer ini sebenarnya merupakan manusia, tapi apa yang membedakan mereka dengan manusia lainnya. Di sini kisah Suguru Geto memberikan jawabannya.
Tegangan Idealisme Suguru Geto
Kisah Suguru Geto ini bermula ketika berbicara dengan Yuki Tsukumo. Yuki mengatakan bahwa dia percaya bahwa dunia Jujutsu sebenarnya tidak melakukan apa pun tentang roh jahat. Mereka tidak menghentikan roh kutukan dari akarnya (emosi manusia), para sorcerer hanya melawan iblis-iblis jahat di permukaan saja. Bagi Yuki, ada cara untuk menghentikan roh kutukan sepenuhnya. Menghentikan sumber kehadiran roh jahat. Yuki percaya ini bisa saja terjadi. Keyakinan Yuki itu memengaruhi Geto untuk mengetahui bahwa insiden kematian Riko Amanai benar-benar tidak ada gunanya. Setelah percakapan dengan Yuki itu, Geto mulai mempertanyakan semua yang dia lakukan (membasmi roh kutukan), semua pengorbanan yang dia buat. Mengapa dia harus menolong non-sorcerer?
Meskipun hanya berlangsung dalam dua episode anime dan beberapa bab manga, tetapi dalam waktu singkat itu, kita melihat bagaimana pikiran Geto berubah dari remaja yang baik hati dan periang menjadi pemimpin kultus yang kejam, mampu memusnahkan seluruh orang desa tak berdosa tanpa sedikit saja rasa penyesalan.
Saat kali pertama kita bertemu dengan Geto sebagai remaja, dia terlihat sebagai orang yang ramah dan berhati ceria, sepenuhnya menyadari perannya sebagai sorcerer kelas spesial. Baginya, orang-orang kuat seperti dia dan Gojo memiliki kewajiban untuk melindungi manusia lemah yang dihantui roh kutukan, karena mereka tidak memiliki kekuatan untuk melindungi diri mereka sendiri. Pandangannya adalah seperti protagonis Shonen biasa, di mana dia merasa memiliki kewajiban moral untuk melindungi yang kurang beruntung dari kejahatan roh kutukan di sekitar mereka. Melindungi mereka sebenarnya adalah sebuah kehormatan. Namun, setiap peristiwa yang datang selanjutnya secara konsisten menantang keyakinan ini dan akhirnya membawanya pada titik puncak di mana dia harus memutuskan apakah ini benar-benar perasaannya terhadap yang lemah, yaitu non-sorcerer.
Jadi, saya rasa, Geto melihat kejanggalan atau hal absurd dalam tugas atau kewajiban moral yang selama itu ia emban. Ia berkewajiban menolong yang lemah dan ingin agar roh jahat musnah di alam dunia. Tetapi, non-sorcerer inilah sebenarnya sumber dari akar permasalahan. Pembicaraan Yuki benar-benar menggoyahkan idealisme Geto.
Yuki menawarkan solusi kontroversial untuk mengatasi masalah roh kutukan, yaitu dengan membunuh semua orang non-sorcerer. Namun, Geto menolak ide ini dengan menyebutnya sebagai kejahatan. Sebaliknya, Geto menyarankan solusi yang lebih manusiawi, yaitu dengan mengajari setiap orang untuk mengontrol energi negatif mereka atau bahkan menghapusnya sepenuhnya. Namun, Yuki ragu atas solusi Geto itu. Percakapan ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sebaiknya mengatasi masalah roh kutukan dalam Jujutsu Kaisen. Apakah pendekatan kekerasan yang diusulkan oleh Yuki adalah jawaban yang benar, ataukah solusi yang lebih manusiawi seperti yang diusulkan oleh Geto adalah kunci sejati untuk perdamaian?
Pada akhirnya, toh Geto memilih solusi Yuki. Ia benar-benar membantai manusia biasa guna menghentikan kemunculan roh jahat sebagai imbas dari emosi negatif mereka sendiri. Jadi, dia sendiri pada akhirnya ragu bahwa manusia-manusia bisa diajari bagaimana cara mengolah emosi mereka sehingga tak melahirkan roh kutukan. Dalam upaya memahami Geto (putting myself in his), saya sendiri tidak tahu apa yang akan saya pilih dari dua solusi itu. Membantai umat manusia atau memaksa mereka agar mampu mengontrol emosi negatif sama-sama hal yang sangat sangat serius. Keduanya punya konsekuensi yang sama besar bagi sorcerer sekelas Geto. Tetapi, dalam dunia Jujutsu Kaisen, kita sepakat bahwa emosi negatif manusia merupakan hal yang merugikan, bahkan mengancam dan membahayakan manusia itu sendiri. Pembantaian Suguru Geto terhadap orang-orang tak berdosa merupakan efek dari ketidakmampuan manusia dalam mengontrol emosinya sendiri. Roh jahat adalah emosi kita semua!