Highlight:
Perlawanan terhadap Patriarki: Maki Zenin mengatasi diskriminasi klan Zenin dan menjadi sorcerer yang kuat.
Ketangguhan dan Kekuatan: Maki memiliki teknik Heavenly Restriction dan menunjukkan kekuatan luar biasa dalam pertarungan.
Pembuktian Diri: Setelah menghadapi cobaan, Maki menghancurkan klan Zenin, membuktikan kekuatannya.
Politik dan Feminisme: Maki Zenin menggambarkan tema feminisme1, disabilitas2, dan interseksionalitas3, menantang ideologi patriarkis4.
Diskriminasi dan Kekuatan: Maki menghadapi diskriminasi gender dan fisik, menunjukkan kekuatan mental dan fisik yang luar biasa dalam mengatasi xenofobia5 dan misogini6.
Konflik dan Emansipasi: Konflik dengan saudara perempuannya, Mai, dan keputusan untuk menghancurkan klan Zenin, menyoroti perjuangan Maki melawan penindasan dan warisan patriarkis.
Simbol Pemberdayaan: Maki menjadi simbol pemberdayaan perempuan, menolak peran gender yang ditetapkan dan memperjuangkan kebebasan individu.
Maki Zenin adalah salah satu karakter yang paling menarik dalam seri Jujutsu Kaisen. Meski pada awalnya dianggap sebagai kegagalan dari klan Zenin, namun Maki tumbuh menjadi salah satu karakter perempuan yang memiliki banyak penggemar dalam manga besutan Gege Akutami ini. Popularitasnya meningkat sangat luar biasa hingga mendapatkan tepuk tangan yang sangat meriah dari para penggemar. Maki adalah contoh yang sangat kuat tentang citra seorang perempuan dalam manga Shonen, yang jarang kita temui, terutama di Jujutsu Kaisen. Meski tidak sepopuler Gojo, namun Maki tetap menjadi salah satu karakter yang tidak bisa kita remehkan ketika kita berbicara tentang Jujutsu Kaisen.
Performa Maki dalam Narasi Jujutsu Kaisen
Untuk memahami karakter Maki Zenin lebih dalam, kita perlu melihat latar belakangnya, terutama saat Maki berusia 16 tahun dan merupakan siswa tahun kedua di Jujutsu Tech. Saat itu ia masih berada di kelas bawah sebagai sorcerer tingkat empat, yang ditetapkan oleh masyarakat Jujutsu karena campur tangan klannya. Karena latar belakangnya di klan Zenin, Maki dan saudara kembarnya, Mai, sering mengalami diskriminasi dan perundungan sepanjang hidup mereka. Klan Zenin sangat kaku dalam berpegang pada tradisi dan memandang rendah perempuan.
Maki dan Mai membangun value yang berbeda di tengah lingkungan yang absurd. Maki yang sangat tangguh dan kuat ingin membuktikan bahwa keluarganya salah. Bagi Maki, tradisi yang dipegang erat oleh keluarga adalah sampah. Ia berjanji akan menjadi hebat tanpa campur tangan garis keturunan klan. Di sisi lain, Mai memilih lebih bersikap konservatif, angkuh, atau bahkan stagnan dalam pertumbuhannya, ia menerima saja ketika dirinya direndahkan dan pasrah menerima nasib. Ketika mereka tumbuh dewasa, Maki akhirnya memutuskan bahwa dia sudah cukup kuat dan kemudian meninggalkan klan. Ia menyatakan ambisinya untuk membuktikan bahwa semua orang salah tentang dirinya.
Maki kemudian melanjutkan menjadi seorang sorcerer. Bahkan sebelum dia masuk ke Jujutsu Tech, ia sudah menjadi anggota pasukan elit di klan Zenin, sebuah unit untuk orang-orang yang tidak bisa menggunakan teknik kutukan. Maki selalu mendorong dirinya sendiri dan bekerja keras. Dalam karier barunya sebagai sorcerer, meskipun tidak memiliki banyak energi terkutuk dan harus bekerja lebih keras daripada teman-temannya untuk dapat berdiri sejajar dengan mereka, Maki tetap membuktikan dirinya sebagai sorcerer yang berbakat.
Dalam Jujutsu Kaisen Zero, Maki tetap menjadi Maki yang kita kenal, memiliki ketahanan mental yang sangat dominan dengan IQ di atas rata-rata dalam pertempuran menggunakan senjata. Dalam salah satu misinya yang pertama, dia mampu menghadapi roh tingkat rendah, namun ketika ancaman yang lebih kuat datang, dia kewalahan. Namun, dia tetap berperan dalam membantu Yuta tumbuh dan bahkan mengajarinya cara bertarung dan menggunakan pedangnya dengan kemampuan yang lebih mumpuni.
Ketika Suguru Geto menyerang Jujutsu Tech, Maki benar-benar didominasi olehnya dan dibiarkan hampir mati. Namun, berkat bantuan unitnya, dia berhasil sembuh. Bahkan sebagai sorcerer, Maki tidak bisa menangkap jeda dan harus bekerja ekstra keras dibandingkan teman-temannya hanya untuk bisa berdiri sejajar dengan mereka.
Sekarang, mari kita masuk ke kekuatan dan pertumbuhan Maki sebagai sorcerer. Maki awalnya adalah sorcerer yang sangat kuat dan percaya diri meskipun dalam gempuran situasi yang sulit dan menyakitkan. Kelebihan Maki adalah ia memiliki teknik kuat bernama Heavenly Restriction (Ten'yo Jubaku) sebagai pengganti energi terkutuk yang sangat minim. Kemudian, kelebihan Maki adalah ketahanan fisik yang sangat kuat sehingga mampu sejajar dengan rekan-rekannya saat melawan roh kutukan.
Beberapa prestasi mengesankan yang telah ditunjukkan Maki dalam manga serta di anime adalah pertarungannya melawan Naoya, di mana dia benar-benar mendominasi dan dengan cepat mengalahkannya usai peristiwa pembantaian klan Zenin. Dia tidak mengalami kesulitan bahkan saat melawan sorcerer yang terlatih. Bahkan, saat melawan saudara perempuannya, Mai, Maki benar-benar tidak menunjukkan belas kasihan dan menghadapi semua serangan Mai kepadanya dengan kepercayaan diri tingkat tinggi.
Maki adalah definisi dari kerja keras yang mengalahkan bakat. Maki juga merupakan salah satu pengguna alat kutukan terbaik. Ia mampu menguasai semua senjata konvensional seperti kunai hingga pedang dengan cara yang sangat luar biasa. Dia memiliki kendali penuh atas senjata-senjata tersebut dan menjadi petarung yang sangat kuat, bahkan saat menghadapi kutukan tingkat khusus seperti Hanami, meskipun dia akhirnya harus mundur karena situasi yang terlalu berat untuk ditangani.
Dalam Insiden Shibuya, kita tidak terlalu banyak melihat Maki dalam pertarungan tersebut. Tetapi, dalam bentrokan yang melibatkan Naobito, Nanami, dan bantuan Megumi, kita melihat situasi yang sangat epik dan sulit di pihak sorcerer. Di situ kita melihat momen yang sangat baik untuk menangkap Maki sebagai pejuang, karena situasi itu sangat sulit dan bahkan untuk sorcerer yang berpengalaman.
Setelah pertarungan yang intens, Toji Zenin, memasuki domain dan benar-benar menghancurkan Dagon. Selain itu, dia mengungguli Maki dan mengambil Playful Cloud dari tangannya dengan sangat mudah. Maki hanya terkejut karena ia mendapati sosok tanpa energi kutukan namun begitu sangat kuat, bahkan berkali-kali lipat dibandingkan dirinya.
Setelah pertarungan gila itu, Jogo muncul dan dengan mudah mengalahkan para sorcerer dan membakar Maki hidup-hidup. Bahkan di situ Jogo membunuh Naobito dan melukai Nanami secara kritis. Padahal, keduanya adalah sorcerer yang jauh lebih kuat dibanding Maki. Jadi, Maki benar-benar diberkati dengan Heavenly Restriction dan cukup beruntung untuk selamat dari situasi tersebut.
Kebangkitan Maki
Sekarang kita masuk ke prestasi terbesarnya, setelah pulih dari luka bakarnya dan bertemu dengan sekutunya untuk membahas Culling Game. Maki memutuskan untuk kembali ke klan dan mengambil beberapa alat kutukan dengan izin dari Megumi serta mengunjungi bengkel Juzo Kumiya. Ketika dia pergi ke pusat klan Zenin, ia disambut oleh Naoya serta ibunya sendiri. Di situ kita melihat bahwa hubungan Maki dan mereka sangatlah buruk. Mereka semua memandang rendah Maki dan melabelinya sebagai produk keluarga yang gagal.
Maki kemudian masuk ke gudang di mana dia menemukan ayahnya, Ogi Zenin. Maki terkejut sebab ia melihat Ogi berdiri di atas tubuh berdarah saudara perempuannya, Mai. Maki lantas murka. Dengan menggunakan senjata Dragon Bone, Maki seketika bertarung dengan ayahnya itu. Pertarungan itu sangat cepat tetapi Ogi membuktikan bahwa meskipun Maki mungkin adalah ahli pedang yang terampil, namun ia tidak tahu apa-apa tentang energi kutukan sehingga Ogi bisa dengan mudah meredam Maki.
Pada titik ini, Maki mulai menyadari bahwa meskipun dia kuat dan memiliki Heavenly Restriction, namun kekuatannya masih belum sebanding dengan kemampuan dan teknik kutukan ayahnya itu. Tetapi, seperti yang kita ketahui kemudian, kekuatan sejati Maki sebenarnya sangat istimewa. Mai kemudian membuat pengorbanan tertinggi untuk membangkitkan potensi besar Maki.
Mai kemudian meninggal, dan meninggalkan pesan terakhir kepada saudara perempuannya dengan mengatakan, "Hancurkan segalanya." Ya, Maki pun mengamini pesan Mai. Lewat pengorbanan Mai, Maki telah menjadi sosok yang sepenuhnya mencerminkan Toji Fushiguro dan membuktikan dirinya sebagai yang terkuat, saat dia menghancurkan seluruh klan Zenin. Ia bunuh ayahnya Ogi dengan sangat cepat, dan kemudian membantai seluruh pasukan elit Kukuru, dan bahkan mengalahkan Naoya dalam pertempuran.
Maki menghancurkan seluruh klan seperti gajah menginjak semut. Pembantaian mengerikan yang dilakukan oleh jiwa yang sangat dingin. Begitulah Maki. Pembantaian klan Zenin ini merupakan momen yang sangat penting dalam cerita Jujutsu Kaisen, terutama jika kita berbicara tentang perkembangan kekuatan Maki. Bagaimana tidak, Maki mampu mengalahkan dengan mudah para sorcerer tingkat khusus yang diakui oleh masyarakat Jujutsu. Semenjak itu, Maki benar-benar berada pada level yang berbeda, lebih mirip dengan karakter seperti Toji.
Maki: Isu Feminis dan Ideologi Masyarakat Patriarkis
Setelah mengetahui sepak terjang Maki di seri Jujutsu Kaisen, saya pikir karakter yang satu ini sangat politis. Ada tema-tema feminisme, disabilitas, dan interseksionalitas dalam narasi Maki yang memiliki hubungan dengan isu-isu politik dan sosial.
Saya melihat bahwa salah satu situasi dan kondisi sulit yang mesti dihadapi Maki adalah masalah diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dan kemampuan fisik. Maki dihadirkan seakan untuk melawan xenofobia aktif dan misogini dari ideologi masyarakat Jepang. Seperti kita ketahui, Maki memiliki kepribadian yang sangat kuat dan intoleran terhadap hal-hal lembek, yang merupakan hasil dari pengalamannya dalam keluarga Zenin yang sangat patriarkis. Meski klan Zenin merupakan salah satu keluarga yang terpandang dalam dunia Jujutsu Kaisen, namun Maki tidak memiliki kebanggaan sedikit saja atas pamor garis keturunannya itu. Bukan tanpa alasan, sebab keluarganya itu memperlakukan dirinya dengan sangat buruk.
Maki dibesarkan oleh perlakuan-perlakuan kejam dan tidak manusiawi, ia benar-benar dicaci sebagai produk gagal keluarga hanya karena ia merupakan seorang perempuan dan tidak memiliki energi kutukan. Klan Zenin memandang Maki sebagai makhluk cacat di mana ketiadaan energi kutukan sama dengan konsep disabilitas. Kecacatan yang ada pada Maki ini terlihat di mana ia mesti menggunakan kacamata karena ketidakmampuannya untuk melihat roh kutukan. Kacamata Maki ini merupakan representasi perjuangan orang dengan disabilitas yang memerlukan alat khusus untuk melakukan hal-hal yang bisa dilakukan orang lain sejak lahir.
Sementara itu, konflik antara Maki dan Mai, saudara perempuannya, menggambarkan dinamika kekuatan dalam masyarakat yang misoginis. Mai, yang memiliki energi terkutuk dan teknik terkutuk, mencoba menekan Maki baik dengan senjata maupun kata-kata. Hal ini mencerminkan bagaimana perempuan sering kali diajarkan untuk menekan sesama perempuan demi mempertahankan posisi mereka dalam struktur masyarakat patriarkis. Pertentangan antara Maki dan Mai adalah cerminan dari perjuangan internal yang dihadapi oleh perempuan dalam masyarakat yang misoginis. Mai mencoba meyakinkan Maki bahwa mereka seharusnya pasrah dengan peran yang lebih rendah. Tetapi, Maki menolak gagasan ini. Ia menyatakan bahwa jika ia menyerah, ia akan membenci dirinya sendiri. Ini adalah penggambaran yang kuat tentang bagaimana beberapa perempuan memilih untuk melawan sistem yang menindas mereka, meskipun menghadapi tekanan yang sangat besar.
Puncak cerita Maki terjadi ketika dia memutuskan untuk melawan dan menghancurkan keluarga Zenin. Bersama dengan Megumi, mereka merencanakan untuk mengambil alih aset keluarga dan memusnahkan struktur patriarkis yang telah menindas mereka. Pertemuan dengan ibunya, yang lemah dan tunduk dalam rumah tangga Zenin, menggambarkan bagaimana Maki harus melawan tidak hanya struktur patriarkis tetapi juga warisan emosional dan psikologis yang dibebankan kepadanya.
Pada akhirnya, Maki Zenin adalah contoh yang kuat dari karakter perempuan yang melampaui batasan-batasan yang diberlakukan oleh masyarakat patriarkis. Dia adalah simbol dari perjuangan melawan penindasan, baik berdasarkan jenis kelamin maupun kemampuan. Ceritanya mengingatkan kita bahwa pembebasan sejati hanya dapat dicapai dengan menghancurkan sistem yang menindas dan dengan merangkul kebebasan dan kemandirian.
Poin-Poin Penting
Dari semua itu kita melihat bagaimana Maki melawan peran gender, simbol pemberdayaan dan kekuatan, serta konsep interseksionalitas dalam pengalamannya. Ia menolak menerima peran yang ditetapkan untuknya. Ia memutuskan untuk menjadi seorang pejuang yang terampil dengan caranya sendiri. Keputusan ini bukan hanya tantangan terhadap norma-norma klan yang seksis, tetapi juga sebuah deklarasi akan kebebasan individu untuk menentukan nasibnya sendiri. Maki menunjukkan bahwa perempuan dapat menjadi kuat dan berpengaruh, meskipun mereka harus melawan rintangan yang lebih besar untuk mencapai tujuan mereka.
Maki merupakan sebuah pesan bahwa kerja keras, dedikasi, dan ketahanan dapat mengalahkan diskriminasi dan prasangka. Kekuatan Maki tidak hanya fisik tetapi juga mental, mencerminkan kemampuannya untuk tetap teguh di tengah-tengah kesulitan yang luar biasa. Dalam kasus Maki, diskriminasi yang dialaminya bukan hanya karena jenis kelaminnya, tetapi juga statusnya dalam klan dan kemampuannya sebagai seorang sorcerer. Sebagai seorang perempuan dalam klan yang seksis dan sebagai individu dengan keterbatasan energi terkutuk, Maki menghadapi tantangan yang kompleks dan berlapis. Interseksionalitas ini memperlihatkan bagaimana berbagai bentuk penindasan dapat saling berinteraksi dan memperburuk situasi seseorang. Maki harus berjuang melawan prasangka ganda ini, menunjukkan betapa rumitnya perjuangan untuk kesetaraan dan pengakuan dalam konteks sosial yang tidak adil. Maki menjadi simbol harapan bahwa ketidakadilan dapat dilawan dan bahwa kekuatan serta ketahanan dapat ditemukan dalam diri setiap individu.
Kesimpulan
Karakter Maki Zenin dalam Jujutsu Kaisen adalah contoh menarik tentang bagaimana anime dan manga modern dapat mengeksplorasi dan mempromosikan ide-ide feminis melalui penceritaan dan pengembangan karakter. Melalui kekuatannya, ketahanan mentalnya, dan penolakannya untuk tunduk pada norma-norma seksis, Maki Zenin menjadi simbol emansipasi dan inspirasi bagi para penggemar. Dalam dunia di mana diskriminasi dan prasangka masih ada, karakter seperti Maki mengingatkan kita bahwa perubahan dimulai dari keberanian untuk melawan dan keteguhan hati untuk tidak pernah menyerah.
Sederhananya, saya mendefinisikan feminisme sebagai advokasi hak-hak perempuan atas dasar kesetaraan jenis kelamin. Ini adalah gerakan sosial-politik yang mengupayakan kesetaraan sosial, ekonomi, dan politik bagi perempuan. Sebagai suatu sikap, feminisme juga mencakup berbagai ideologi, gerakan politik, dan gerakan sosial yang memiliki tujuan yang sama: Mendefinisikan, menetapkan, dan mencapai persamaan hak-hak politik, ekonomi, pribadi, dan sosial bagi perempuan.
Disabilitas mengacu pada kondisi fisik atau mental yang membatasi pergerakan, indra, atau aktivitas seseorang.
Interseksionalitas adalah konsep dalam teori sosial yang menggambarkan bagaimana berbagai kategori sosial seperti ras, kelas, dan gender saling berhubungan dan mempengaruhi individu atau kelompok. Dikutip dari Britannica, konsep ini menunjukkan bahwa seseorang bisa mengalami diskriminasi atau ketidakadilan karena beberapa faktor sekaligus yang saling berhubungan. Menurut Kimberlé Crenshaw (1989), penindasan yang dialami seseorang tidak bisa dilihat hanya dari satu aspek saja, seperti ras atau gender. Kita juga harus melihat aspek sosial lain, seperti status ekonomi, orientasi seksual, usia, dan disabilitas.
Patriarki adalah sistem sosial di mana laki-laki memegang kekuasaan utama dan mendominasi peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak istimewa sosial, dan kontrol atas properti. Dalam konteks lebih luas, laki-laki umumnya memegang kekuasaan dan perempuan sebagian besar dikecualikan dari kekuasaan tersebut.
Xenofobia didefinisikan sebagai ketidaksukaan atau prasangka terhadap orang-orang dari negara lain. Hal ini dapat bermanifestasi sebagai rasa takut dan kebencian terhadap orang asing atau orang asing, atau apa pun yang aneh atau asing. Xenofobia dapat menyebabkan diskriminasi, ketegangan sosial, dan terkadang, konfrontasi dengan kekerasan.
Misogini adalah ketidaksukaan, penghinaan, atau prasangka yang sudah mendarah daging terhadap perempuan. Istilah ini berasal dari kata Yunani “misos” (kebencian) dan “gunē” (perempuan), dan telah digunakan secara historis untuk menggambarkan fenomena sosial di mana perempuan didiskriminasi atau diperlakukan dengan permusuhan, sering kali dengan cara yang sistemik.